Pemprov

Ini Alasan Jakpro Belum Buka Planetarium dan Obsevatorium TIM usai Revitalisasi

AKURAT.CO – Direktur Utama PT Jakpro, Iwan Takwin akhirnya angkat bicara terkait kursi di Planetarium dan Obsevatorium Jakarta (POJ) di Taman Ismail Marjuki, Jakarta Pusat yang dinilai Akademi Jakarta tidak cocok dengan fungsi dari POJ.

Menurutnya, kenyamaman kursi sudah dihitung dan dianalisa agar nyaman saat diduduki.

“Kan kenyamanannya sudah dihitung, udah dianalisa design, design interior, gimana nyamannya duduknya,” ujar Iwan di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).

Selain itu ia juga menepis terhadap POJ yang rusak setelah selesainya revitalisasi TIM.

Ia menegaskan, pihaknya juga memperbaiki POJ menjadi nuansa bangunan heritage yang dibuat secara modern

“Oh engga ada (yang rusak) kan kita perbaikin planetariumnya, karpetnya kita perbaharuin, kursinya juga kita ganti..Jadi nuansa bangunan heritagenya itu bener-bener dibuat modern,” sambung Iwan.

Kata dia, saat ini POJ belum bisa karena pihaknya sedang berkomunikasi dengan vendor untuk memastikan alat bisa beroperasi.

“Intinya sekarang kita komunikasi sama vendor spesialis nya untuk memastikan alat ini bisa beroperasi sempurna, karena ini (alat) kan ada umur nya, teknologi ada umurnya, kita memastikan jangan sampai dipake orang dateng ada rusak, makanya kita memastikan aja performance nya,” sambung Iwan.

BACA JUGA  Planetarium TIM Tak Berfungsi Lagi, DPRD DKI: Sayang Jadi Gedung Mati

Perlu diketahui, diberitakan sebelumnya Planetarium dan Obsevatorium Jakarta (POJ) di Taman Ismail Marjuki, Jakarta Pusat hingga saat ini belum dibuka setelah selesainya revitalisasi oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

Anggota Akademi Jakarta, Karlina Supelli menyatakan, belum dibukanya POJ dikarenakan rencana perbaikan Proyektor Teater Bintang dikeluarkan dari kontrak Jakpro dengan alasan Carl Zeiss Jena tidak memenuhi Good Corporate Governance (tanpa perincian alasan).

“Jakpro hanya melakukan penggantian karpet dan kursi dalam Teater Bintang, tetapi kursi baru justru tidak cocok bagi fungsi Planetarium,” ujar Karlina saat dikonfrimasi, Sabtu (11/3/2023).

Ia menyatakan, perbaikan area gedung penyangga Planetarium justru menghancurkan fungsi Observatorium untuk teleskop Takahashi berdiameter 13 sentimeter.

“Observatorium ini paling aktif melayani peneropongan dan pendidikan publik. Teleskop masih bekerja dengan baik, kendati butuh peremajaan,” sambung Karlina.

Kata dia, sebelum terjadinya revitalisasi masyarakat mudah mengakses Observatorium yang memiliki pelataran cukup luas ini.

Sehingga kata dia, revitalisasi justru menghancurkan bangunan fisik Observatorium dan pelatarannya dijadikan kolam ikan. Kubah observatorium tidak jelas ada di mana.

BACA JUGA  Ini Tanggapan Jakpro Soal Planetarium Belum Dibuka Setelah Selesainya Revitalisasi

“Observatorium untuk teleskop ASKO berdiameter 31 sentimeter. Lensa butuh peremajaan dan kolimasi, begitu pula penyangga (mounting). Kubah lapuk dan bocor tetapi tidak tersentuh perbaikan,” sambung Karlina.

Lebih lanjut Karlina menyatakan, sesudah selesainya revitalisasi membuat akses menuju Observatorium ini lenyap.

“Tangga dicopot dan pintu luar tertutup tembok. Di dekat kubah dipasang blower dan chiller AC yang membuat kubah tidak dapat berputar, serta terkena hembusan udara panas dan getaran yang akan mengganggu pengamatan. Di keliling kubah terpasang lampu tembak untuk dekorasi malam,” sambung Karlina.

Selain teleskop ASKO berdiameter 31 sentimeter, observatorium untuk teleskop Coude berdiameter 15 sentimeter membutuhkan peremajaan lensa.

“Begitu pula penyangga dan penggeraknya (mounting). Kubah lapuk dan bocor, platform menara observatorium 3-lantai juga lapuk sehingga berbahaya jika digunakan. Tidak tersentuh perbaikan,” sambung Karlina.

Sementara itu menurutnya, untuk Teleskop Matahari juga membutuhkan peremajaan.

“Teleskop Matahari dengan desain heliostat dan terlindung atap geser (sliding roof). Teleskop membutuhkan peremajaan,” pungkas Karlina.

Berita Terkait